Pemandangan dari Bukit Pandang Ratapan Angin |
Begitu menginjakkan kaki di Dieng, Jawa Tengah Kamis (5/11/2015) lalu, Budhe Nuniek langsung teringat kota Karlovy Vary di Republik Ceko, yang dikunjunginya beberapa tahun lalu. Kedua tempat itu sama-sama memiliki landscape berupa cekungan yang dikelilingi bukit-bukit.
Budhe Nuniek Harun Musawa lahir dan besar di Solo, Jawa Tengah, sekitar 180 km dari Dieng. Sejak tinggal di Jakarta pada 1972, ia masih sering bolak-balik ke Solo, juga Yogyakarta. Sebagai penyuka wisata alam, sudah lama sekali ia ingin mengunjungi kawasan Dataran Tinggi Dieng yang hanya berjarak 2,5 jam berkendara dari Yogyakarta. Maka ketika awal November ini kesempatan itu akhirnya datang, hepinya luar biasa!
Budhe Nuniek Harun Musawa lahir dan besar di Solo, Jawa Tengah, sekitar 180 km dari Dieng. Sejak tinggal di Jakarta pada 1972, ia masih sering bolak-balik ke Solo, juga Yogyakarta. Sebagai penyuka wisata alam, sudah lama sekali ia ingin mengunjungi kawasan Dataran Tinggi Dieng yang hanya berjarak 2,5 jam berkendara dari Yogyakarta. Maka ketika awal November ini kesempatan itu akhirnya datang, hepinya luar biasa!
Budhe Nuniek bersama putrinya, motivator pemuda Vivid F. Argarini |
Karlovy Vary dikenal sebagai kota spa, karena memiliki spring water dari sumber mata air panas yang kaya mineral. Letaknya di pinggir barat Ceko berbatasan dengan Jerman. Dari kota Praha bisa ditempuh dengan bus sekitar dua jam. Dilihat dari bukit, area cekungan kota Karlovy Vary tampak cantik dengan bangunan-bangunan yang tertata rapi. Bentuk bangunan seperti hotel, spa, rumah makan dan tempat tinggal penduduk lokal seperti sudah ada standarnya, sehingga kota tampak sangat indah. Jalan-jalan dibuat sangat nyaman, bersih, dan rumah-rumah makan tampak rapi.
Dieng memiliki candi-candi, Kawah Sikidang, serta Telaga Warna yang sangat indah. Telaga dapat dilihat cukup jelas di antaranya dari Bukit Pandang Ratapan Angin. Dari tempat parkir mobil terdekat bukit ini, jalan kaki menuju puncak bukit itu hanya sekitar lima menit. Jalannya menanjak tajam seperti naik tangga yang curam. Dari atas, saat itu air Telaga Warna tampak berwarna hijau. Konon warnanya sering berubah-ubah menjadi kuning atau pelangi.
Jalur naik ke Bukit Pandang Ratapan Angin |
Yang paling disayangkan adalah deretan bangunan rumah yang kurang cantik. Tidak ada standar untuk bentuk bangunan di kawasan dengan bentangan alam yang begitu indah ini. Baik itu bangunan yang di Jalan Raya Dieng, maupun yang di bentangan tanah tak jauh dari komplek candi. Pemerintah daerah seperti sudah kalah duluan dengan masyarakat setempat. Kalau harus membebaskan lahan, tentu butuh biaya besar. Tanah dikuasai warga, dan mereka membangun tanpa ada standar. "Kenapa pemerintah kabupaten setempat tidak studi banding ke Karlovy Vary ya?" kata Budhe gemes. Jangan-jangan kalau ada program studi banding, perginya ke tempat-tempat yang tidak sebanding.
Di Karlovy Vary pengunjung bebas berjalan-jalan tanpa ada tiket masuk. Pemerintah mengutip pajak dari restoran dan hotel. Pajak ini dikelola untuk mewujudkan kota yang nyaman. Masyarakat lokal maupun wisatawan pun telah sadar bahwa mereka harus membayar pajak melalui tarif yang diberlakukan di hotel maupun restoran, sebab pemerintah mereka mengelola pungutan itu dengan baik, yaknik dikembalikan dalam wujud kota yang bersih, cantik dan layak.
Cantiknya bunga terompet di Kebun Teh Tambi, salah satu alternatif jalan menuju Dieng dari Yogyakarta |
Petugas menawari memutarkan film pendek tentang Dieng. Tentu Budhe tertarik. Usai menonton film buatan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan tahun 2007 itu serta berkeliling museum, Budhe menanyakan tarif tiket masuk. Disebutkan Rp 5 ribu per orang. Setelah membayar untuk tiga orang plus sengaja dilebihkan, rasanya tidak yakin uang itu akan dikelola dengan baik untuk 'dikembalikan' ke masyarakat dalam bentuk tempat yang lebih nyaman dan pemandangan yang lebih indah.
Museum Kailasa |
Begitu banyak contoh di luar sana yang bisa dipelajari dengan mendatanginya langsung, atau bahkan bisa dengan hanya via internet. Andai saja.
Kota Karlovy Vary, Republik Ceko (Foto Dok www.savoywestend.cz) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar