Budhe Nuniek sebagai Eyang Nuniek bersama putrinya, Vivid F. Argarini memerankan dr. Fitri |
Budhe Nuniek tampil sebagai bintang tamu memerankan Eyang Nuniek, ibu dari dr. Fitri yang diperankan putrinya, Vivid F. Argarini. Yap! Ibu dan anak bermain dalam satu film, juga sebagai ibu dan anak. Karakter Eyang Nuniek di sini sangat bijaksana dan intelek. Sebagai eyang, ia begitu menyayangi cucunya, Atsir (diperankan aktor cilik asal Bantul, Bowi), yang merupakan sahabat Dafa. Eyang Nuniek bangga pada Atsir yang sangat peduli pada sahabatnya yang sedang kesusahan. Kata Budhe, seru dan lucu juga rasanya setelah bertahun-tahun tidak bermain film, kini datang kesempatan muncul sekilas.
Diarahkan sutradara, Hasto Broto |
Film bukan dunia baru bagi Budhe. Debutnya sebagai aktris adalah menjadi bintang utama film Api di Bukit Menoreh (1971). Saat itu usianya baru 23 tahun, dan berhasil mendapat peran itu berkat eksistensinya di Pasar Klewer, yang boleh dibilang merupakan 'pusat sosialita' Solo masa itu. Selanjutnya, Budhe bermain di sejumlah film antara lain Samtidar (1972), serial Keluarga Berencana, dan film Djakarta 1966 (1987). Pada 1979, Budhe membintangi film Janur Kuning sebagai Ibu Tien Soeharto. Film tentang perjuangan Kolonel Soeharto ini wajib diputar di TVRI setiap 1 Maret selama 1980 sampai 1998.
Filmography Budhe tidak banyak, tapi hampir semua filmnya adalah garapan sutradara hebat dan ternama pada masanya. Djakarta 1966 disutradarai peraih Piala Citra, (Alm.) Arifin C. Noer, yang dikenal dengan film Taksi (1990) dan Pengkhianatan G30S/PKI (1984). Sutradara Api di Bukit Menoreh, (Alm.) Djadoeg Djajakusuma adalah Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta, yang juga pendiri Wayang Orang Bharata. Janur Kuning disutradarai Alam Rengga Surawidjaja, sineas yang pernah menjabat Dewan Film Nasional Indonesia, Dewan Produksi Film Indonesia dan Dewan Kesenian Jakarta 1973-1980.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar