Many famous people inspire us, tapi ada seorang Ibu amat sangat menginspirasi kami, YESS! Team untuk selalu concern mewarnai kehidupan remaja Indonesia lewat fun articles and activities. Let's meet pendiri dan pemilik Aneka Yess! Group, Ibu Nuniek H. Musawa. Simak cerita her fun teenage life yang diyakini jadi salah satu kunci sukses karirnya hingga sekarang.
"Mimpi Saya Tidak 'Di-Edit'"
Jangan bayangkan kehidupan remaja di kota modern, ke sekolah diantar mobil mewah dan pulangnya bisa seru hang out di mall. Ibu Nuniek, kelahiran 25 Desember 68 tahun silam, besar di kota Solo, di tengah keluarga bersahaja. Ayahnya seorang kepala sekolah, dan ibunya pedagang di pusat batik Pasar Klewer, Solo.Di masa remajanya, Ibu Nuniek sangat supel, pemberani, kreatif dan berani bermimpi. "Mimpi saya tidak pernah saya 'edit' atau 'di-edit' oleh orang tua saya. Bebas. Ayah saya rajin mengajak nonton film-film luar negeri di bioskop, yang membuat saya berkhayal, 'Suatu saat saya akan ke Hawaii, akan keliling dunia,' Haha...," cerita Ibu Nuniek yang sejak kecil ngefans Elvis Presley ini.
Bikin Puisi di Grojogan Sewu
Ayahanda Ibu Nuniek, yaitu Bapak Goenadi Projomulyono, disebut telah membuat masa remajanya begitu menyenangkan. Pak Goenadi tuh di samping seorang guru, beliau juga seorang seniman lukis yang selalu kreatif meng-create kegiatan untuk anak-anaknya.
"Tiap liburan, Bapak selalu mengajak jalan-jalan pelesir ke tempat-tempat rekreasi wisata, seperti ke Tawangmangu, Kopeng, Bandungan, Parang Tritis, Surabaya dan Jakarta, bahkan wisata religi," cerita Ibu Nuniek yang anak tertua dari sepuluh bersaudara ini.
Yang seru, kalau main di air terjun Grojogan Sewu itu sang ayah kadang meminta anak-anaknya menulis puisi. "Wahh.. itu menyenangkan banget. Sambil duduk-duduk di batu-batu sungai, dikelilingi hutan cemara, kami menulis puisi dan nyanyi bareng. Asiik lho... karena pemandangan indah dan udara sejuk bikin makin terinspirasi kaan. Tak kalah layaknya seperti di film Sound of Music di Zalsburg, Swiss." Wuiihh... seru yaa!
Ibu Nuniek (depan, tengah) bersama sembilan adiknya |
Selalu Cari Pengalaman Baru
Ibu Nuniek nggak mau masa remajanya bisasa saja. "Kalau dibandung teman-teman sekolah saya yang kaya, mereka tuh langit, saya sumur. Jadi bukan bumi lagi, tapi sumur, haha...." kata Ibu Nuniek mengibaratkan.
"Tapi saya tuh selalu berusaha bisa ikut merasakan pengalaman mereka juga. Misalnya, meski keluarga saya bukan orang kaya, saya ingin bisa menikmati berenang di taman rekreasi yang indah. Jadi kami niat banget bersepeda ke kolam renang Tirtomoyo di Jebres, which is itu jauh dari rumah saya, lho. Sekarang kalau saya ingin berenang tinggal nyebur. Rumah-rumah saya semua berkolam renang."
Karena suka nonton film, Ibu Nuniek juga suka berkhayal bisa dekat dengan para seleb. "Jadi kalau ada syuting film di Solo, waah... saya ngejar tu sampai bisa ketemu dan minta tanda-tangan mereka di hotel. Hahaha..."
Kreatif Mengatasi Keterbatasan
Ibu Nuniek juga nggak pernah minder, apalagi surut semangat karena ortunya nggak bisa selalu membelikan apa yang dia inginkan. "Orang tua bukan nggak mampu, tetapi saat itu sulit mencari toko untuk membelikan baju renang. Maka saya jahit sendiri dari bahan selendang batik, dan saya kreasikan jadi keren seperti yang saya lihat di film-film," cerita Ibu Nuniek yang sudah bisa menjahit baju sejak kelas 5 SD ini. Kreatif banget yaa!
Sebagai kakak tertua, Ibu Nuniek punya kewajiban belanja ke pasar setiap pagi sebelum sekolah siang. "Tapi ya saya enjoy aja tiap pagi naik sepeda jengki ke pasar. Pakai baju yang gaya, topi lebar dan sampai keranjang belanja saya hias dengan pita-pita matching dengan baju saya. Belanjaannya pun saya rapikan di keranjang, biar kalau dilihat orang kelihatan tertata rapi dan gaya. Haha... Pokoknya yang penting stylish deeh." Saluut!
Lulusan Terbaik di SMA-nya
Nah, soal prestasi akademis, Ibu Nuniek juga nggak pernah ngeremehin. "Waktu naik kelas 2 SMA, nilai saya bagus sehingga bebas pilih jurusan apa saja. Saya pilih Budaya, dan lulus SMA jadi yang terbaik sampai meraih predikat Pelajar Teladan Cendekia."Wah... hebat kaan. Lagi-lagi, resep jadi pelajar terbaik itu aktif dan kreatif. "Waktu bikin karya tulis tentang kunjungan ke candi-candi, semua teman bikinnya tulisan aja. Nah, saya bikin menarik dengan foto-foto saya di candi-candi itu. Haha... pokoknya narsis, tapi malah dapet nilai bagus," cerita Ibu Nuniek.
Being an Actress, Dreams Come True!
Dengan selalu aktif, maka banyak kesempatan bagus datang. Di masa kuliah, Ibu Nuniek mengikuti pemilihan Ratu Pasar Klewer. "Pemilihan bergengsi saat itu, dan bayangkan saja, saingan saya pakai baju-baju yang bagus. Sementara saya biasa saja, tapi saya buat dengan segala kreasi yang saya bisa."And taddaa! Dengan modal percaya diri tinggi, Ibu Nuniek meraih Juara 1 di kompetisi yang berlangsung tahun 1971 itu. Pemilihan itu lalu membuka banyak peluang untuk Ibu Nuniek berkarir menjadi aktris. Wah, dreams come true!
Kehidupan Ibu Nuniek lalu banyak berubah dengan tinggal di Jakarta, dan bisa menikmati kehidupan kelas atas yang jadi impiannya. Beberapa film yang telah dibintanginya, yaitu Api di Bukit Menoreh (1971), Samtidar (1972), Janur Kuning (1979), juga seriap Keluarga Berencana, dan yang terakhir film Jakarta 66 (1987)
Bahagianya kini bersama putra-putri dan cucu |
Tapi, Ibu Nuniek sempat ngerasa gagal juga. Yaitu saat dia ngga bisa melanjutkan kuliah S1 Hukum-nya. Padahal setelah tinggal di Jakarta dan bekerja di majalah Femina, semua rekan kerjanya berpendidikan lebih tinggi.
"Lagi-lagi saya nggak mau menyerah dengan kekurangan saya saat itu. Saya kejar dengan kerja lebih keras. Ibaratnya rekan kerja bekerja delapan jam, maka saya harus kerja 16 jam. Rekan kerja saya sudah cas cis cus berbahasa Inggris, saya pun 'ngejar' dengan alasan les setelah pulang kerja."
Kreatif mengatasi kekurangan diri, dan gigih mewujudkan impian, membuat karir Ibu Nuniek di dunia media pun maju pesat. Hingga akhirnya bisa bekerja lebih dari 40 tahun selaras dengan hobinya, dan sekarang bisa memiliki grup media antara lain Keren Beken dan Aneka Yess!, dan beberapa media yang lain. Impian bisa keliling dunia telah terwujud, bahkan kini Ibu lebih banyak menghabiskan waktu di rumahnya di Melbourne, dan Kuala Lumpur, Bandung dan Bali.
" Buat saya, apa yang saya raih, bukan karena kegigihan saya saja, tapi yang utama adalah rahmat Tuhan adalah rahmat Tuhan yang saya syukuri dengan kerja keras, yang saya yakini bisa memberi berkah," pesan Ibu Nuniek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar