Jumat, 20 Mei 2016

Sehari Dua Kali Hamil

nuniek harun musawa janur kuning

Namanya barangkali tak gampang diingat: Trimurni Gunastri Hadiwidjayanti. Maka ia lebih ngepop dipanggil Nuniek. Dilahirkan di Solo 68 tahun lalu, ia memerankan tokoh Ny. Tien, istri Letkol Soeharto dalam film Janur Kuning. Sejak tahun 1971, setelah dinobatkan sebagai Ratu Pasar Klewer oleh Ny. Tien Soeharto, ia mulai mengenal dunia film. Pertama ia muncul sebagai Sekar Mirah, wanita keras hati yang diperebutkan dua perjaka dalam film Api di Bukit Menoreh, lalu tampil pula dalam film Samtidar, dan lain-lain. Main film baginya adalah selingan. Karena sehari-hari sebagai wanita pekerja full time.

nuniek harun musawa janur kuning

Berikut ini ia menuliskan kesan-kesannya sewaktu mengikuti syuting Janur Kuning:

"Setelah genap enam tahun bekerja di majalah, dan tak pernah mimpi atau mengangankan menjadi pemain film kembali, tiba-tiba saya ditawari untuk berperan dalam sebuah film perang. Peran yang tidak tanggung-tanggung: sebagai Ibu Tien Soeharto yang sekarang menjadi Ibu Negara. Bimbang juga rasa hati ini. Saya adalah karyawati yang punya tanggung jawab, di lain pihak ingin juga rasanya untuk dapat berbuat sesuatu di luar kerja rutin yang kadang-kadang terasa menyekap.

Setelah mendapat izin dari kantor, lebih-lebih setelah mengingat bahwa peran yang saya mainkan ini mungkin tak 'kan terulang lagi seumur hidup, maka saya pun berbulat tekad. Tapi barangkali yang lebih memantapkan hati saya adalah, setelah mendapat petunjuk-petunjuk dari Ibu Tien langsung.

Hari pertama pengambilan gambar di Yogyakarta, rasanya saya kikuk sekali karena baru pertama kali itu saya bertemu dengan lawan main saya yang justru harus berperan sebagai suami istri. Sambil berhias dan didandani sebagai wanita hamil, saya ngobrol-ngobrol dengan Bung Kahar agar pada pengambilan gambar berikutnya tidak kaku lagi.

nuniek harun musawa janur kuning

Pada pengambilan gambar hari kedua, saya diberi tahu bahwa shooting adegan hamil tua sudah selesai. Saya pun lega. Handuk, tutup panci dan lain-lain yang membebani perut saya, satu per satu saya tanggalkan. Lalu menginjak pada adegan setelah melahirkan Tutut, putri pertama Ibu Tien. Sesudah action begini-begitu, tiba-tiba saya diberi tahu bahwa ada adegan yang lupa terambil pada periode hamil tua. Wah, kesal juga hati saya. Sudah langsing, disuruh hamil lagi. Kembali saya direpotkan memasang handuk dan tutup panci, berpura-pura hamil.

Bagaimanapun, ini adalah pengalaman yang tak mudah saya lupakan. Bahkan, saya benar-benar seperti mimpi, karena tak disangka-sangka. Tak saya duga karena saya kira dulu Pak Alam hanya main-main saja menawari saya main film. Selama tiga hari itu benar-benar saya sibuk, hingga tidur pun tak lelap, namun semua itu mengasyikan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar